Jumat, 09 April 2010

Samosir Menyimpan Sejarah Wisata Yang Tak Pernah Punah

Mempersoalkan potensi wisata alam Samosir tampaknya tidak akan pernah habis. Hal ini dikarenakan karena potensi alam yang dimiliki memang sangat banyak terutama soal keindahan alam dan tempat wisata yang mengandung sejarah.
Dan salah satunya adalah wisata sejarah adalah Puncak Gunung Pusuk Buhit yang dimana Gunung tersebut memiliki ketinggian berkisar 1.800 mdpl dan ditumbuhi berbagai jenis pepohonan dan diatas puncak gunung Pusuk Buhit juga ada sebuah tempat persebahan yang sudah di percayai oleh masyarakat Batak yaitu Batu Sawan dan konon ditempat itulah orang batak diturunkan.
Dahulu kala menurut kepercayaan masyarakat batak di Gunung Pusuk Buhitlah untuk yang pertama sekalinya Sang Pencipta Alam Semesta menurunkan orang batak pertama kalinya yang sering disebut oleh Suku Batak dengan sebutan Mula Jadi Nabolon. Dan pada abad ke- XII keturunan pertama kali Orang Batak yang bernama Siraja Batak singgah di wilayah Samosir. Siraja Batak memiliki anak yang bernama Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon. Menurut garis keturunan suku batak bahwa Guru Tatea Bulan juga merupakan leluhur tua dari Raja Sisingamangaraja. Jadi sangatlah wajar kalau sampai saat ini kawasan Gunung Pusuk Buhit masih keramat dan menjadi salah satu kawasan objek tujuan wisata serta memiliki cerita sejarah bagi kaum orang batak hingga saat ini.

Memang membicarakan potensi wisata Samosir memang tidak akan merasa puas bila kita tidak langsung datang dan menginjakan kaki kita di Pulau Samosir . Hal ini wajar karena potensi-potensi wisata yang dimiliki sangat banyak terutama soal keindahan alam. Bila dipadukan dengan cerita sejarah, boleh dibilang daerah ini adalah salah satu lumbung dari cerita sejarah yang bisa menemani perjalanan wisata Anda. Dari sekian banyak yang bisa dinikmati misalnya Batu Hobon, Sopo Guru Tatea Bulan, Perkampungan Siraja Batak, Pusuk Buhit, dan lainnya.
Di atas perbukitan ini kita dapat melihat secara langsung , sebagai wisatawan yang baru pertama berkunjung ke sana pastilah akan tertegun sejenak. Karena selain panorama yang disajikan memang sangat indah, kita juga bisa melihat secara leluasa sebagian besar kawasan perairan Danau Toba sekaligus Pulau Samosirnya. Selain itu dari lereng perbukitan tersebut pengunjung yang datang bisa juga menikmati panorama perkampungan yang berada di antara lembah-lembah perbukitan seperti perkampungan Sagala, Perkampungan Hutaginjang yang membentang luas.

Selain pemandangan ini, wisatawan yang pernah datang ke sana tentunya akan melihat dan mendengar gemercik aliran air terjun yang berada persis di perbukitan berdekatan dengan perkampungan Sagala. Masih dari lereng bukit yang jalannya berkelok-kelok tetapi sudah beraspal dengan lebar berkisar 4 meter, pengunjung juga bisa memperhatikan kegiatan pertanian yang dikerjakan oleh masyarakat sekitarnya. Malah yang lebih asyik lagi adalah menikmati matahari yang akan terbenam dari celah bukit dengan hutan pinusnya.

Bila kita hendak menjelejahi puncak gunung tersebut para wisatawan pengunjung dapat menggunakan kendaraan roda empat atau roda dua namun kendaraan tersebut tidak dapat mengantar kita sampai ke puncak melainkan hanya sampai perkampungan yang berada di lereng bukit bukit tersebut nama perkampungan tersebut adalah desa huta ginjang , kecamatan sianjur mula-mula dan dari desa itu juga kiata dapat memandang dengan segsama keindahan panorama danau toba
Dan bukan hanya itu saja bila kita menelusuri Gunung Pusuk Buhit pengunjung juga dapat menikmati apa apa yang disebut dengan sumur tujuh rasa karena konon ceritanya menurut keterangan dari penduduk setempat sumur ini memiliki tujuh pancuran yang memiliki rasa air yang berbeda-beda dan bagi masyarakat ketujuh sumur tersebut menjadi sumber kebutuhan air bersih. Sehingga tidak mengherankan kalau wisatawan datang, banyak masyarakat yang menggunakan air yang berada di sana

Sumur Tujuh Rasa letaknya berdekatan dengan pusuk Buhit yang berada di Desa Sipitudai satu kecamatan Sianjur Mula-Mula. Kita dapat mencoba merasakan ketujuh air mancur tersebut, dan bila kita percaya akan air mancur tersebut kita akan merasakan rasa : asin, tawar, asam, kesat serta rasa yang lainnya yang dikeluarkan dari masing-masing pancuran air tersebut dan menurut dari keterangan penduduk setempat air tersebut berasal dari bawah pohon beringin yang tumbuh dan menjadi perindang lokasi tujuh sumur tersebut yang posisinya berada di atas mata air tersebut.
Keberadaan aek sipitudai ini sudah ada sejak lama sejak dari si Raja Batak. Dan sangat dipercayai kesakralanya dari cerita Legenda Siraja Batak yang berada di lokasi tersebut. Maka oleh karena itu kita bias tahu bahwa dahulu ada kerajaan yang memerlukan sumber airnya berasal dari Aek Sipitudai sebab lokasi tempat ini lumayan jauh dari Danau Toba.

Cerita legenda tersebut memang ada benarnya dengan adanya fakta peninggalan yang berada di lokasi Aek Sipitudai seperti : batu cucian dari batu alam, Tembok beton, lubang-lubang untuk permainan congkak. Seluruh masyarakat batak khususnya yang berada di dekat lokasi tersebut mempercayai kalau sumur ini masih keramat dan menjadi salah satu objek wisata yang dikunjungi wisatawan walaupun, lokasi tersebut masih membutuhkan piƱata yang baik lagi dari masyrakat dan Pemerintah agar tempat tersebut senantiasa dapat menarik pengunjung yang datang.
Setelah bergerak dari Aek Sipitudai maka kita akan menuju sebuah tempat yang tidak jauh dari tempat tadi akan menemukan satu lokasi yang keramat yang disebut lokasi Batu Hobon, Sopo Guru Tatean Bulan atau Rumah Guru Tatea Bulan serta perkampungan Siraja Batak yang lokasinya tidak berjauhan. Di tempat Sopo Guru Tatea Bulan kita akan menemukan patung-patung Siraja Batak dengan keturunannya. Dan bukan hanya patung orang saja yang akan kita lihat tetapi kita juga akan menemukan patung-patung sebagai penjaga rumah seperti gajah, macan, kuda.

Bentuk rumah ini pun di desain dengan cirri khas rumah batak. Bila kita hendak masuk kedalam kita sewajibnya harus membuka alas kaki kita dan kita dapat melihat denagan seksama di Sopo Guru Tatea Bulan akan kita temukan patung-patung keturunan Siraja Batak, seperti Patung Seribu raja sepasang dengan istrinya, Patung keturunan Limbong Mulana, Patung Segala Raja serta Patung Silau Raja. Berdasarkan kepercayaan masyarakat Batak marga-marga yang ada sekarang ini berasal dari keturunan Siraja Batak. Selain itu keberadaan rumah ini juga telah diresmikan oleh DewanPengurus Pusat Punguan Pomparan Guru Tate Bulan tahun 1995 yang lalu. Dan disitu juga kita akan dipandu oleh pemandu yang akan menerangkan cerita dari patung-patung si raja batak dengan keturunannya.
Sejalan dengan itu, pengunjung dapat menikmati Batu Hobbon yang konon menurut cerita merupakan lokasi yang dijadikan penyimpanan harta oleh Siraja Batak. Batu ini berada perbukitan yang lebih rendah lagi dari Sopo Guru Tatea Bulan berdekatan dengan perkampungan masyarakat. berdasarkan sejarah Batu Hobon ini tidak bisa dipecahkan, tetapi kalau dipukul seperti ada ruangan di bawahnya. Namun sampai sekarang tidak bisa dibuka walaupun dilakukan dengan senjata mortir.

Selanjutnya untuk melengkapi perjalanan tentang sejarah Sopo Guru Tatea Bulan, maka akan ditemukan perkampungan Siraja Batak Selain itu, di desa ini terdapat cagar budaya berupa miniatur Rumah Si Raja Batak. Dahulunya, sebutan Raja Batak ternyata bukan karena posisinya sebagai raja dan memiliki daerah pemerintahan, melainkan lebih pada penghormatan terhadap nenek moyang Suku Batak. Di perkampungan ini, ada bangunan rumah semi tradisional Batak, yang merupakan rumah panggung terbuat dari kayu, tanpa paku, dilengkapi tangga, dan atap seng. Lokasi perkampungan ini berada di perbukitan yang berada di atasnya dengan jarak yang tidak terlalu jauh sekali kurang lebih 500 meter.

Untuk kelengkapan perjalanan menuju Pusuk Buhit setidaknya harus berhenti sejenak di atas perbukitan yang berada di Desa Huta Ginjang. Karena dari lokasi desa ini akan terlihat jelas Pulau Tulas yang berdampingan dengan Pulau Samosir. Pulau Tulas itu sendiri tidak memiliki penghuni tetapi ditumbuhi dengan semak belukar dan hidup berbagai hewan liar lainnya.

Sesampainya kita di Puncak Gunung Pusuk Buhit untuk meraskan keindahan alam Danau Toba, Tiupan semilir angin, dan kiata dapat menyaksikan Sunset Yang tenggelam dan pada saat itu kita akan merasa kan bahwa keindahan Danau Toba Yang dimiliki Pulau Samosir benar-benar indah. Setelah kita puas memandang dengan keindahan alam kita dapat turun dari puncak menuju aek ranggat yang berada di kaki Puncak Gunung Pusuk Buhit desa siogung-ogung dan di Aek Ranggat ini kita dapat memanjakan diri dengan berendam melepas lelah di dalam kolam. Maka lengkaplah perjalanan wisata sejarah Samosir yang tak akan pernah punah dan tak dapat dilupakan karena bukan hanya itu saja cerita wisata Samosir tetapi masih banyak lagi cerita wisata Samosir yang masih dapat kita angkat dan kita tunjukan kepada masyarakat yang berada di luar Samosir baik Nasional maupun Internasional.

Tidak ada komentar: