Rabu, 31 Maret 2010

Pariwisata Bali Perlu Dukungan E-business

Pascaledakan bom di Bali tanggal 12 Oktober lalu, pulau dewata tersebut seolah kehilangan gairah. Banyak kalangan mengkhawatirkan pendapatan daerah Bali –80 persen bersandar pada sektor pariwisata— akan anjlok drastis menyusul peristiwa ledakan tersebut dan himbauan sejumlah negara yang meminta warganya tidak pergi ke Bali.
Pengakuan dari orang-orang yang datang langsung ke Bali pascatragedi, rumah-rumah makan di sana sepi bahkan occupancy hotel room rata-rata hanya mencapai 3 persen per harinya dari sedikitnya 80 persen sebelum tragedi.
Mengantisipasi hal ini, sektor pariwisata di Indonesia –khususnya Bali— mulai berbenah. Salah satunya dengan melakukan perbaikan infrastruktur. Menteri Kebudayaan dan Pariwisata I Gde Ardhike menyampaikan hal ini kepada wartawan seusai membuka seminar tentang teknologi dan pariwisata di Jakarta Rabu (30/10).
Menurut Eli Hutabarat dari Masyarakat Pariwisata Indonesia sekaligus Presiden Direktur PanTravel, penggiatan pariwisata Bali pascatragedi 12 Oktober akan dilakukan dengan mendorong pemanfaatan Internet dan membangun jaringan antar pelaku pariwisata. Juga melalui akses informasi bebas hambatan baik dalam bentuk teks atau gambar tentang objek-objek yang ada, yang tentunya melalui akses internet. Dengan catatan, instansi terkait memberikan dukungan melalui penerapan e-bussiness.
Penggunaan Internet untuk mendukung kemajuan pariwisata sudah lama populer di AS dan Eropa. Tujuannya, orang yang hendak bepergian ke luar kota atau luar negeri hanya perlu online di Internet. Hanya dengan mengetik nama-nama alamat situs tertentu, baik penerbangan maupun penginapan yang dituju, kemudian mengisi persyaratan yang diinginkan, maka segalanya dapat terselesaikan.
Biasanya yang diperlukan adalah data pribadi termasuk kartu kredit atau kartu bank yang dianggap sebagai jaminan. Jika Anda logged on dan online pada situs-situs luar negeri, Anda melihat melalui tampilan layar komputer tawaran-tawaran yang menggiurkan untuk menikmati perjalanan wisata baik itu berlayar, terbang dengan pesawat atau pun dengan transportasi lainnya dan yang tidak kalah serunya adalah promosi paket besar-besaran. Misalnya perjalanan dengan kapal pesiar ke Karibia dari AS. Kemudian fasilitas hotel atau penginapan ketika mendarat di tempat tujuan dan lain-lain.
Di AS, ada situs yang cukup digemari para pelancong yang ingin merencanakan perjalanan seperti travelocity.com dan situs-situs yang menawarkan tiket-tiket pesawat murah ketimbang beli langsung di reservasi tiket suatu maskapai tertentu, sebut saja priceline.com.
Menurut pengalaman SH, priceline.com menawarkan kemudahan dalam bentuk jasa memesan tiket pesawat baik ke luar kota maupun luar negeri dari dalam Amerika Serikat. Harganya bisa mencapai 40 persen lebih murah daripada harga jika memesan langsung di maskapai penerbangan yang diinginkan, ditambah lagi kecepatan dalam proses. Pasalnya, kita hanya mengisi nama kota tempat keberangkatan, kota tujuan, tanggal keberangkatan dan kepulangan lalu terakhir mengisi jumlah tiket yang akan dipesan.
Setelah beberapa menit akan ada jawaban berapa harga yang diberikan oleh pihak priceline.com sendiri. Kemudian pemesan pun diberi kesempatan untuk memasukkan harga yang diharapkan. Dan pihak priceline.com akan menawar kembali yang akhirnya akan diberi keputusan akhir. P
rosesnya mudah dan cepat karena hanya menunggu di hadapan komputer paling lama 30 menit, kemudian sudah ada jawaban. Jika transaksi terjadi, maka akan keluar nomer konfirmasi dan harus di-print sebagai bukti ketika check-in di bandara.
Kemudahan yang ditawarkan priceline.com sebenarnya bisa dilakukan di Indonesia jika instansi yang terkait dengan sektor pariwisata konsisten dengan implementasi e-business. Meninjau minat konsumen melalui kemudahan yang diberikan oleh pemain-pemain dalam industri perbankan melalui pelayanan online, kemungkinan sektor wisata pun dapat lebih berkembang.
Keuntungan bagi pihak konsumen adalah memiliki pilihan yang lebih banyak dan tidak terpaku hanya pada pihak biro perjalanan atau penerbangan tertentu. Malah bisa saja, perusahaan biro perjalanan dan penerbangan melakukan pelayanan online juga.
Di Indonesia saat ini telah dikembangkan sistem Tourism Satelite Accounts (TSA) oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bekerja sama dengan Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata dengan sebutan NESPARNAS (Neraca Satelit Pariwisata Nasional). Hal tersebut adalah suatu upaya untuk menyambut hasil Sidang Umum World Tourism Organization (WTO) ke-14 di mana Sekjen WTO sendiri menekankan bahwa peran pariwisata itu amat penting dalam kaitannya dengan kegiatan perekonomian suatu negara di mana kontribusinya dapat dipantau melalui TSA yang sudah dikembangkan di tanah air kita.
Dalam dunia internasional, pariwisata telah berkembang menjadi industri terbesar di dunia. Pertumbuhan wisatawan secara umum dari tahun ke tahun selalu meningkat dengan rata-rata peningkatan sebesar 4,3 persen per tahun. WTO memperkirakan peningkatan jumlah wisatawan dunia pada tahun 2020 adalah lebih dari 200 persen, yaitu 105 juta wisatawan pada tahun 2000 menjadi 438 juta wisatawan pada tahun 2020. (pir)

Tidak ada komentar: